Tangisan Bayi
Riswar segera mengenakan helm dan merapatkan jaketnya. Ia butuh waktu tiga puluh menit untuk

Oleh: Muhammad Saleh
RISWAR bersiap untuk berangkat. Ia akan pergi ke rumah Jihan, calon istrinya. Ia telah berjanji akan menghabiskan malam minggu bersama sang kekasih hati untuk merayakan hari ulang tahunnya. Sekali lagi ia memastikan motornya dalam keadaan normal. Tangki bensin, rem, roda, telah ia periksa.
Semua telah beres,” gumamnya.
Riswar segera mengenakan helm dan merapatkan jaketnya. Ia butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai ke rumah Jihan.
Brum...!
Motornya melesat meninggalkan halaman rumah. Angin malam terasa menampar-nampar tubuh. Walau mengenakan jaket kulit, Riswan tetap saja merasa dingin. Ia mengerutkan tubuh, tetapi tidak mengurang laju kendaraannya. Memasuki Jalan Nirwana, jalan agak sepi dari kendaraan lain. Ia menaikkan laju motornya. Tentu saja ia tak ingin terlambat sampai ke tempat tujuan.
Saat kendaraan Riswan berlari kencang. Tiba-tiba di dekat sebuah pohon beringin tua, ia melihat bayangan hitam kecil melintas di hadapannya.
Ciiit...!!!
Bunyi gesekkan roda dengan aspal berderit keras. Motornya oleng dan hampir menabrak trotoar, beruntung ia masih bisa mengendalikannya.
“Dasar kucing sialan!” umpatnya kesal. Kekesalannya semakin bertambah ketika tiba-tiba motornya mati mendadak. “Aduh, kenapa juga nih motor ikut mati.”