Edisi Cetak
Pohon Kariwaya
POHON Kariwaya adalah pohon yang berwarna abu-abu agak kemerah-merahan. Pohon tersebut bisa merambat ke pohon yang lain yang dekat dengannya.
Oleh: Ar Rasyid El Jaroiey
POHON Kariwaya adalah pohon yang berwarna abu-abu agak kemerah-merahan. Pohon tersebut bisa merambat ke pohon yang lain yang dekat dengannya. Dan menjadi parasit bagi pohon yang ia rambati hingga pohon yang dirambatinya kehabisan makanan dan mati.
Pohon Kariwaya memang pohon yang misterius dan seram. Rambut-rambut pohon yang seperti tali menjulur di sekeliling pohon dari atas sampai ke permukaan tanah, daunnya yang lebat tampak menjadikan suasana bertambah angker.
Banyak orang beranggapan bahwa pohon Kariwaya adalah pohon yang penuh misteri. Begitu juga dengan penduduk Desa Jaro, yang terletak sekitar lima puluh kilometer dari ibu kota Kabupaten Tabalong. Mereka beranggapan bahwa pohon tersebut dihuni oleh makhluk halus atau jin.
***
Ustadz Jamaluddin yang biasa dipanggil para warga Ustadz Jamal, selaku orang yang dituakan di desa kami sedang duduk bersantai di kursi tamu.
“Tok...tok...tok...” suara ketokan pintu.
“Assalamu’alaikum...ustadz Jamal...! ustadz Jamal...!” Dengan suara yang tergesa-gesa.
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.” Ustadz Jamal membukakan pintu.
“Ada apa? Pak Agus!” tanya ustadz Jamal.
“ Aaanu... pak ustadz..., Qamaruddin, anaknya Pak Pardi, dia kerasukan makhluk halus selepas menebang pohon di hutan.”
“Di mana ia sekarang? “ Tanya ustadz Jamal.
“Di rumah Pak Pardi.”
“Ayo kita ke sana!”
“Baik Ustadz.”
Ketika Ustadz Jamal dan Pak Agus sampai di rumah Pak Pardi.
“Pak Pardi...! Ini Ustadz Jamalnya sudah datang.”
“Itu pak..., Ustadz Jamal sudah datang.” Kata istri pak Pardi kepada pak Pardi.
“Ayo pak ustadz, silakan masuk.” Ucap pak pardi. Ini pak ustadz, anak saya, semenjak pulang dari menebang pohon di hutan, begini jadinya. Tolong ya... pak ustadz.” Tambahnya dengan raut muka yang penuh harapan.
“Iya, iya pak, bapak tenang saja ya... perbanyaklah berdoa.” Dengan nada yang santai, bermaksud untuk menenangkan.
Ustadz Jamal memanggil nama pemuda tersebut. “Nak Qamaruddin!” Tapi tidak ada respons. Dilihat mata pemuda tadi oleh Ustadz Jamal sambil melalukan tangannya ke hadapan wajah pemuda itu.
Matanya melototi Ustadz Jamal dan tidak berkedip sama sekali. “Emm...” Ustadz Jamal menggerutu. Kemudian beliau membaca beberapa bacaan dengan nada rendah dan meletakan tangannya di atas kepala pemuda tadi sambil menekannya sedikit. Pemuda tadi langsung tak sadarkan diri dan tertidur hingga direbahkan di atas kasurnya.
“Bagaimana Ustadz?” Tanya ayahnya.
“Jin yang ada di dalam tubuhnya sudah pergi.”
“Alhamdulillah.., terima kasih Pak Ustadz.”
***
Pak Jokiono dinyatakan hilang. Orang-orang tumpah ke seluruh persawahan guna mencari Pak Jokiono. Sebagian orang ada yang membawa nyiru (alat untuk membersihkan beras) yang dipukul berulang kali sambil menyeru “Pak Jokiono..., pak Jokiono..., di mana kamu, ayo pulang!” Teriak para warga.
Sementara sebagian yang lain menbawa panci (alat untuk memasak), dan ember yang juga dipukul sambil menyeru nama pak Jokiono. ”Pak Jokiono..., pak Jokiono...” Suara warga membahana. Sudah pukul 11.00 malam, namun pak Jokiono belum juga di temukan walaupun sudah kemana-mana para warga mencarinya, namun hasilnya nihil.
Waktu menunjukan pukul 00.00. Sementara pak Jokiono belum juga ditemukan. Suara burung hantu dan jangkrik serta binatang malam bersahut-sahutan. Beberapa ekor anjing terdengar menggong-gong di keheningan malam menambah suasana jadi angker.
Kami terus melakukan pencarian, hingga akhirnya kami sampai ke tepi pohon Kariwaya yang dikenal oleh kalangan penduduk desa, ada penghuninya yang berupa makhluk halus yaitu jin.
Pohon itu memang angker. Besar batang pohonnya kurang lebih dua kali pelukan orang dewasa. Tak sengaja aku mengarahkan lampu senterku ke atas rimbun pohon Kariwaya itu. Tiba-tiba aku melihat seorang lelaki sedang duduk di atas dahan pohon Kariwaya itu.
“Astagfirullah... Apa itu?” Aku terkejut. “Coba kalian lihat itu!” Aku menyeru para warga. Semua lampu senter disorotkan ke arah atas pohon itu, namun kami belum dapat mengenali orang itu karena rimbunnya dedaunan serta akar-akar yang seperti tali menjulur dari atas pohon sampai ke permukaan tanah.
Karena banyaknya lampu sinter yang menyorot kearahnya akhirnya orang itu menolehkan wajahnya ke arah kami. Ternyata orang itu adalah Pak Jokiono.
“Itu pak Jokiono,” ucap salah seorang warga.
“Pak Jokiono... turun!” Seru para warga serentak, sambil memandangi ke arah atas pohon itu.
“Ngapain kamu di situ?” Lanjut mereka.
Pak Jokiono tidak menjawab. Matanya melotot. Badannya memeluk dahan pohon Kariwaya itu bak seekor kera sedang memanjat pohon. Berulang kali para warga memanggil nama pak Jokiono, namun sama sekali tidak ada respon darinya.
“Panggil Ustadz Jamal!” Ucap salah seorang warga desa.
“Mungkin dia kerasukan makhluk halus.” Lanjutnya.
“Iya.. benar panggil Ustadz Jamal.” Seorang warga yang lain menimpali.
Tidak lama kemudian Ustadz Jamal sudah tiba di tempat kejadian. Ustadz Jamal mulai membaca sesuatu kemudian meniup telapak tangannya dan menepukkan ke pohon kariwaya itu. Seketika Pak Jokiono terjatuh ke air sungai yang berada di bawah pohon itu.
Warga bergegas mengangkat tubuh Pak Jokiono ke tepi sungai. Tubuh Pak Jokono terlihat lemas, wajahnya pucat, mungkin karena tidak ada sebutir nasi pun yang masuk ke mulutnya sejak pagi.
Tidak lama kemudian setelah wajah serta leher Pak Jokiono diusapkan air, dia pun tesadar dari pingsannya. Istri Pak Jokiono yang sejak tadi bersedih, langsung memeluk suaminya sambil menangis karena sangat bahagia suaminya telah ditemukan.
***
Sang Surya baru menebarkan senyum manisnya, saat segerombolan warga menuju ke arah pohon Kariwaya. Mereka membawa beberapa wadah yang berisi berbagai jenis makanan, yaitu ayam hitam yang sudah dipanggang, bubur, kopi pahit, buah-buahan dan lain-lain.
Semua jenis makanan itu akan diletakkan di bawah pohon Kariwaya, sebagai sesajen untuk makhluk gaib yang ada di pohon Kariwaya itu. Melihat kejadian itu aku langsung pergi ke rumah ustadz Jamal untuk melaporkan kejadian ini. Aku tahu bahwa apa yang dilakukan oleh para warga itu akan merusak akidah mereka.
Para warga desa mulai melangkahkan kakinya untuk pulang.
“Tunggu...” Teriak Ustadz Jamal.
“Apa yang kalian lakukan di pohon kariwaya ini?” Lanjutnya.
“Begini ustadz..., kami sedang menyerahkan sesajen berupa ayam hitam yang sudah dipanggang, bubur, kopi pahit dan lainnya untuk makhluk halus yang menghuni pohon Kariwaya ini.” Sahut seorang warga.
“Agar kampung kita tidak diganggu jin yang menghuni pohon ini.” jelasnya.
“Astagfirullah...!” Ustadz Jamal menggelengkan kepalanya. “Akan lebih baik seandainya semua makanan itu dimakan saja, agar tidak mubazir.” kata ustadz Jamal.
“Tapi ustadz...” sanggah seorang warga.
“Makhluk halus atau jin itu memang ada di dunia ini, mereka juga ciptaan Allah, sama seperti kita. Benar, bahwa jin bisa masuk ke benda padat seperti batu dan bisa menghuni pohon seperti pohon kariwaya ini. Namun, kita tidak perlu takut, kecuali kepada Allah. Kalau kita selalu bertakwa kepada Allah, patuh kepada-Nya dan selalu ingat kepada Allah, niscaya kita tidak akan diganggu mahluk halus itu.” Jelas ustadz Jamal panjang lebar.
“Baik saya akan buktikan pada kalian.” Kata ustadz Jamal sambil meminjam parang milik salah seorang warga. Beliau membacokkan parang tersebut ke tubuh pohon Kariwaya beberapa bacukkan hingga terkelupas. Dan ustadz Jamal mencabut anak pohon Kariwaya. Karena ustadz Jamal tahu, kalau para warga tidak berani melukai pohon Kariwaya sedikit pun. Apa lagi sampai mencabut anak dan menebang pohon Kariwaya.
“Kalian sudah melihat apa yang aku lakukan? dan saya tidak kenapa-napa!” ucap Ustadz Jamal.
“Kalian harus yakin, segala sesuatu tidak akan bisa memudharatkan kecuali Allah yang menghendaki,” kata Ustadz Jamal.
“Oh... benar juga ya.” Gumam para warga.
Sejak saat itu warga Desa Jaro tidak takut lagi dengan pohon kariwaya yang dikenal dengan penuh misteri. Bagi mereka pohon itu sama saja dengan lainnya. Hanya saja ukuran batang pohonnya yang besar dan bentuknya yang menyeramkan dengan rimbun daun serta rambut yang menjulur dari atas hingga permukaan tanah. (*)