Toko Halal di Luar Negeri, Tidak Sekadar “Asal Bukan Babi”
Sudah bukan rahasia kalau hewan ternak yang dijual umum di negara Barat tidak disembelih, melainkan disetrum
SERAMBI UMMAH.COM - SALAH satu bentuk perjuangan kaum muslim sebagai minoritas di negeri ini adalah menemukan makanan halal. Yang dimaksud halal tentu saja bukan sekadar “asal bukan babi”, atau “asal tak minum alkohol”. Sapi, kambing dan ayam yang kebanyakan dijual di supermarket atau di restoran di sini belum tentu halal.
Sudah bukan rahasia kalau hewan ternak yang dijual umum di negara Barat tidak disembelih, melainkan disetrum atau “ditembak” terlebih dulu dengan alat khusus untuk membuatnya pingsan, barulah kemudian disembelih dengan mesin.
Menurut syariat Islam metode seperti itu tentu saja tidak memenuhi syarat. Binatang yang akan dimakan oleh kaum muslim harus memenuhi sejumlah persyaratan, mulai dari caranya diternakkan secara sehat, bersih dan manusiawi, hingga penyembelihannya yang diselenggarakan di tempat yang juga bersih, dilaksanakan oleh muslim dengan menyebut nama Allah, SWT.
Saya mulai memahami hal ini ketika pertama kali merantau ke Inggris 13 tahun yang lalu. Mulai saat itu saya juga paham bahwa tidak semua kue atau roti yang dijual itu halal, karena bisa saja di dalamnya terkandung bahan yang tidak halal, seperti alkohol, lemak babi, gelatin yang terbuat dari tulang babi atau tulang sapi yang tidak disembelih secara halal, atau bahan-bahan aditif lain yang juga tak jelas kehalalannya.
***
Ketika kami menginjakkan kaki pertama kali di Haugesund lima tahun yang lalu, susah sekali menemukan toko khusus yang menjual makanan halal. Waktu itu hanya ada satu toko halal milik mantan pengungsi dari Irak. Tokonya kecil saja, dan bahan makanan yang dijualnya pun tak banyak jenisnya. Untuk daging, ia hanya menjual ayam saja (itupun stoknya tak selalu ada). Jadi selama 3 bulan pertama, kami hanya makan ayam atau ikan saja sebagai lauk-pauk.
Sampai akhirnya ada satu teman kursus saya yang berasal dari Palestina yang memberi tahu, bahwa di toko itu sekarang sudah mulai dijual kambing dan sapi, yang tentu saja halal (lengkap dengan logo halal dari Dewan Islam Norwegia / IRN). Senang sekali kami waktu itu, apalagi karena kami sekeluarga adalah para karnivora sejati pecinta hidangan daging .
Seiring berjalannya waktu, jualan di toko kecil bernama Middle East itu semakin bervariasi. Dan perlahan tapi pasti, jumlah toko penjual makanan halal di kota kecil kami pun bertambah. Di tahun 2014 ini terhitung ada empat toko halal yang semuanya berlokasi di pusat kota. Kami pun tak perlu lagi khawatir tentang keberadaan bahan makanan halal. Daging sapi, kambing, ayam, kikil sapi, hati sapi, hati ayam, buntut sapi, hati kambing, sampai kepala kambing bisa ditemukan di sini.
Berbagai alternatif bahan makanan seperti jelly, es krim, salami, sosis, kurma, minuman fermentasi gandum non-alkohol, bermacam penganan khas Turki dan negeri Arab banyak tersedia di keempat toko itu. Bahkan beberapa toko mulai merambah menjadi penjual baju, hiasan rumah, deterjen, sampo, sabun, hingga melayani transfer uang antarnegara. Pokoknya lengkap dan serba ada!
Salah satu dari pelayan di toko halal itu akhirnya membuka toko halalnya sendiri. Namanya Jamal, berasal dari Irak. Pria paruh baya murah senyum ini sudah 6 tahun tinggal di Norwegia. Ia di sini sendirian, sementara anak-anaknya tinggal bersama mantan isterinya di Irak sana.
Oya, sebetulnya ia tak membuka tokonya sendiri. Ia berkolaborasi dengan saudara kembarnya (yang saya tak pernah ingat namanya). Mereka bergantian menjaga toko itu, dan setelah hampir setahun berbelanja di toko mereka, saya masih saja sesekali tertukar yang mana Jamal, yang mana saudara kembarnya .
Terkadang keluarga dari saudara kembar Jamal yang bergantian menjaga toko. Mulai isteri sampai anak-anaknya. Jadi bisa dikatakan ini adalah usaha keluarga, seperti juga ketiga toko halal lainnya.
Fatih memanggilnya “Uncle Jamal”, yang suka memberinya permen lolipop. Saya juga sesekali menitipkan Fatih di toko ini ketika saya harus belanja ke toko sebelah. Begitu percayanya saya pada orang baik dan amanah ini.
***
Di toko bernama Sinbad ini saya menjalin silaturrahim, berkenalan dengan banyak pendatang baru dari berbagai ras dan kebangsaan. Dari si pemilik toko juga saya sedikit belajar bahasa Arab. Indahnya persaudaraan manusia di bumi Allah ini, maasyaa Allah!
Dalam perkembangannya sekarang, beberapa supermarket di Haugesund mulai menyediakan daging halal juga. Sebetulnya bisa saja kami belanja di sana. Tapi kami punya alasan khusus untuk tetap berbelanja daging halal di toko halal. Hitung-hitung kami membantu pengusaha perseorangan, membantu mereka untuk tetap beroperasi hingga menjadi usaha yang langgeng dan membesar. (ipc)