Berebut Bunga Saat Maulid

PERINGATAN hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada Rabiul Awal merupakan bulan yang sangat ditunggu umat Islam.

Editor: Sudi

PERINGATAN hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada Rabiul Awal merupakan bulan yang sangat ditunggu umat Islam. Peringatan Maulid Nabi pun banyak digelar.

Rabiul Awal pun dikenal sebagai bulan Maulid, bulan penuh berkah. Selawat dan gema maulid serta tausiyah yang bercerita mengenai kebesaran Rasullah terdengar di rumah-rumah penduduk dan tempat ibadah umat Islam.

Ada beberapa jenis maulid yang biasanya ramai berkumandang, di antaranya Maulid Simthud Duror atau yang dikenal Maulid Habsy, Maulid Barzanji, Maulid Adhiyaul Lami, Maulid Ad-Dibai, dan Maulid Burdah.

Di daerah Hulu Sungai umumnya Maulid Barzanji yang kerap terdengar dikumandangkan oleh masyarakat di sana. Sedangkan untuk di Martapura, Banjarbaru maupun Banjarmasin lebih banyak menggunakan Maulid Habsy. Namun, dari keseluruhan jenis-jenis kitab karangan Maulid yang digunakan masyarakat muslim di daerah ini semuanya sama-sama berkisah tentang perjalananan dan perjuangan Rasulullah.

Maulid Habsy di Martapura dikenalkan pertama kali oleh almarhum KH Badruddin seorang ulama kharismatik di Kota Martapura yang belajar langsung dari Habib Anis Al Habsy dari solo cucu Habib Ali Al Habsy.

Saat itu, setiap gelaran Maulid digelar KH Badruddin bersama mendiang Guru Sekumpul KH Zaini Abdul Ghani memimpin pembacaan Maulid.

“KH Badrudin yang membacakan rawi dan Guru Sekumpul membaca Syairnya. Selanjutnya, setelah abah kededa Guru Sekumpul yang memopulerkan hingga sekarang ini,” ujar KH Hasanuddin putera KH Badruddin.

Sekarang ini, gelaran Maulid di rumah-rumah penduduk, musala serta masjid-masjid diwarnai satu tradisi yang berlangsung yakni digantung untaian bunga melati dan kenanga.

Yang menarik dalam tradisi ini, bunga tersebut kemudian diperebutkan warga yang hadir saat pembacaan maulid. Selain itu, pada saat jemaah berdiri, ada panitia yang kemudian mengoleskan minyak wangi ke tangan warga yang hadir.

KH Hasanuddin mengaku tidak menyukai dengan tradisi berebut bunga yang akhir-akhir ini berlangsung di masyarakat. Dia mengatakan pada saat jemaah berdiri dan membaca selawat itu diyakini Nabi Muhammad hadir di tengah-tengah acara.

Karena itu, jelas dia, untuk menghormati orang yang agung yang dijunjung tinggi jemaah menghormati dengan berdiri dan bersama-sama seluruh warga yang hadir membaca salam Yaa Nabi Salam Alaikah Ya Rasul Salam Alaika Ya Habib Salam Alaika.

“Mestinya, pada saat berdiri itu suasananya khusyuk karena Nabi hadir. Kalau kita rebutan bunga seolah-olah kita tidak menghormati kehadiran nabi. Makanya, saya kurang sependapat dengan tradisi itu. Dulu nggak ada, tradisi berebut kembang ini baru-baru saja sekitar lima tahun ini terlihat bahkan ada yang menggantung uang dan wadai dan kemudian diperebutkan warga,” katanya.

Dia memahami tujuan menggantung kembang mungkin hanya untuk menambah wangi ruangan. Sama halnya dengan mengoleskan minyak wangi atau membakar kayu gaharu tujuan agar ruangan tempat pelaksanaan maulid kian harum. Alasannya karena Nabi suka dengan wangi-wangian begitu pula dengan Malaikat.

Hanya, papar dia, kurang bagus kalau ketika kita menyambut Nabi, warga kemudian rebutan bunga. Berbeda, kalau acara sudah selesai tidak masalah warga mengambil bunga untuk bau harum bunga yang digantung. Begitu pula, bagi-bagi uang sebaiknya yang tertib dibagikan terutama kepada anak yatim.

Ketua MUI Kalsel KH Khalilurrahman memandang positif saja ada bunga serta pengharum yang dioleskan ke warga yang hadir. Itu sebenarnya tradisi budaya yang maksudnya untuk mengharumkan ruangan tempat pelaksanaan Maulid. Sebab, memang Malaikat senang hadir di tempat-tempat yang harum demikian pula Rasulullah.

“Saya kira bagus saja. Tujuannya, untuk mengharumkan ruangan. Kalau syirik, tidak sampai ke situ,” katanya. (hari widodo-sofyar redhani)

Sumber: Serambi Ummah
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

Halloween, Tak Perlu Ditiru Muslim

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved