Tabuan dan Karawai Ramai Pembeli

MEMANCING ikan boleh dikata menjadi salah satu hobi sebagian masyarakat. Sebuah kewajaran, mengingat kondisi geografis ini yang banyak sungai dan terdiri rawa. Tak heran jika bisnis alat pancing dan perlengkapannya tak pernah sepi pembeli.

Bisnis alat pancing umumnya menyediakan aneka joran, mata kail, senar, pelampung, reel (pemutar senar), umpan (alami dan imitasi) serta berbagai aksesori memancing lainnya yang cukup banyak pula ragamnya.

Peralatan mancing umumnya terbagi dua jenis, yaitu peralatan mancing modern dan tradisional. Kedua jenis tersebut sama-sama memiliki pangsa pasar yang besar, karena selain menggunakan alat pancing modern, para pehobi mancing juga masih suka menggunakan alat pancing tradisional.

Dipaparkan, Fuad, penjual alat pancing di Kertakhanyar, Kabupaten Banjar, alat pancing tradisional berupa tantaran atau batang bambu kecil yang terdiri dua bentuk, yaitu panjang dan pendek. Keduanya dibedakan berdasarkan jenis ikan yang dipancing.

“Tantaran disukai karena memiliki sensasi tersendiri. Apalagi bagi beberapa pemancing, tantaran itu biasanya dipilih dengan jumlah ruas tertentu yang konon dipercaya dapat mengundang banyak ikan tangkapan,” tuturnya.

Tantaran panjang biasanya untuk memancing ikan besar macam haruan (gabus), cara memancingnya disebut mamair. Sedangkan tantaran pendek dipakai untuk memancing ikan kecil macam papuyu, sepat dan lainnya. Adapula tantaran pendek untuk membanjur atau memancing dengan cara menaruh tantaran di beberapa tempat tertentu yang kemudian diperiksa kembali beberapa waktu kemudian untuk memastikan dapat ikan atau tidak.

“Tantaran pancing ini harganya relatif, ukuran pendek bervariasi mulai Rp 5000 sebatang sampai Rp 20 ribu sebatang. Sedangkan yang panjang, mulai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu. Biasanya para mancing mania membeli tidak hanya sebatang, tapi dua atau tiga dengan berbagai ukuran,” terang Fuad.

Sedangkan barang jualan lainnya, yaitu umpan, dijual aneka ragam yang dibedakan menurut lokasi memancing. Umpan berupa cacing tanah atau ramuan dari pakan ikan biasanya untuk memancing di sungai besar. Umpan berupa kerawai atau wanyi, ulat daun, anak karangga (serangga) yang dicampur cairan getah pohon karet dan minyak kelapa dipakai untuk memancing di sungai kecil dan rawa berair juga danau.

Di kawasan Jalan Piere Tendean, Banjarmasin, ada beberapa penjual umpan mancing, seperti halnya Wati, penjual umpan mancing asal Gambut, Kabupaten Banjar. Ia menjual umpan pancing berupa anak karangga, terdiri ukuran kecil dan besar. Biasanya membawa sebanyak 5 liter dan rata-rata setiap hari terjual habis.

“Keuntungannya, umpan karangga kecil Rp 5 ribu per liter, sedangkan anak karangga ganal untung bisa Rp 20 ribu per liter,” ungkap Wati yang membeli anak karangga tersebut dari warga di kampungnya.

Umpan lainnya, ia juga menjual telur semut yang sudah bersih. Telur besar dihargai Rp 5000 per takar, telur kecil Rp 3000 per takar dan telur kecil yang masih ada campuran anak semut Rp 2000 per takar.

“Biasanya umpan ukuran kecil untuk taburan saat mau memancing, sedangkan yang besar sebagai umpan pancing. Anak semut yang kecil selain untuk umpan pancing juga untuk umpan burung,” papar Wati.

Sedangkan Ila, penjual umpan asal Handil Bakti dan Nini yang berasal dari Pal 7 Kertak Hanyar, selain menjual umpan pancing berupa anak semut mereka juga menyediakan upan tabuan dan karawai. Tidak ada takaran pasti, karena disesuaikan kebutuhan pembeli, jadi harganya bisa Rp 2000, Rp 5000 atau Rp 10 ribu.

“Paling ramai pembelinya adalah umpan tabuan dan karawai ini,” seloroh Ila.

Sedangkan Sariah warga Kelayan, berbeda dengan rekannya yang lain, ia menjual jangkrik. Menurutnya binatang ini juga digunakan sebagai umpan untuk memancing haruan atau memberi makan ikan hias jenis arwana.