Suami yang Selalu Menangis Saat Mendengar Azan

dengan lembutnya ia mengecup keningku dan membimbingku agar bersegera menunaikan ibadah shalat. Suatu ketika, tergerak hati untuk menanyakannya.

Editor: Halmien

SERAMBI UMMAH.COM - SETIAP kali terdengar suara azan, entah mengapa suamiku selalu meneteskan air mata. Kemudian, dengan lembutnya ia mengecup keningku dan membimbingku agar bersegera menunaikan ibadah shalat. Suatu ketika, tergerak hati untuk menanyakannya.

“Suamiku, mengapa dirimu selalu menangis saat azan berkumandang?”

Sembari tersenyum, ia beranjak dari tempat duduknya, kemudian memeluk tubuhku.

“Sebab aku masih diberi kesempatan menjadi imam shalat untuk orang yang kucintai, mengajarkan padanya rasa syukur atas diberikan kesanggupan kerja mendoakan satu sama lain, agar bersatu jiwa dalam rumah tangga sakinah, mawaddah, wa rahmah.”

Kali ini diriku yang meneteskan air mata.

“Istriku, menikah itu ibadah. Puncak ibadah dalam kehidupan ialah shalat, maka menegakkan ibadah shalat dalam rumah tangga bukan hanya sekadar turut meninggikan tiang agama tetapi membangun pondasi keluarga yang In-syaa Allah selalu dalam naungan ridha-Nya.”

Kurasakan dekapannya semakin erat. Kutemukan perlindungan yang luar biasa saat berada di dadanya, sembari mendegar detak jantungnya yang seolah-olah berbisik betapa luar biasa cinta yang ia sediakan untukku.

“Ketahuilah, ada begitu banyak pelajaran yang bisa kita petik dari mendengar kumandang azan sebagai pondasi berumah tangga,” ujar suamiku kemudian.

“Pelajaran? Bukankah azan hanya panggilan agar kita menunaikan shalat?” jawabku.

“Seruan pertama pada saat azan, ialah menyatakan Allah Maha Besar sebanyak dua kali. Bukankah di dunia ini salah satu kebesaran Allah mewujud dalam dua hal, misalnya baik-buruk, hidup-mati, surga-neraka, perempuan-lelaki? Sehingga penyatuan kita dalam ikatan rumah tangga juga wujud keberasaran-Nya; maka saat mendengar kumandang Allahu Akbar, dalam doa kusertakan satu keyakinan, aku mencintaimu karena Allah!”

Deg! Jantungku berdetak hebat, diriku merasakan bahagia yang tiada terkira.

“Seruan kedua, menyatakan pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Sehingga kita mesti meyakini, sebaik-baik iman ialah mencintai-Nya di atas segala cinta, sehingga menyegerakan dirimu menjadi makmum shalat dengan harapan ada kebaikan cinta Allah yang dilimpahkan dalam cinta kita. Mengapa pengakuan kepada Allah diserukan hingga dua kali, mari kita berbaik sangka bahwa itulah petanda bagi hamba-Nya baik laki-laki mau pun perempuan untuk menggerakan hatinya agar segera menunaikan ibadah shalat.”

Suamiku menatap mataku, tatapan yang begitu lembut dan mesra.

“Seruan ketiga, menyatakan bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah. Lagi-lagi dua kali, sebab beliau adalah bukti nyata diciptakan sebagai manusia namun ditinggikan derajatnya menjadi Nabi. Itu artinya, kita mesti meniru teladannya yakni berusaha menjadi pribadi yang lebih baik agar mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah dengan syafaat sang Nabi.”

Keadaan hening sejenak, kemudian suamiku melanjutkan ucapannya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

Rahasia Menjadi Suami Idaman

 

Jangan Takut Punya Banyak Anak!

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved