Edisi Cetak
Pohon Kariwaya
POHON Kariwaya adalah pohon yang berwarna abu-abu agak kemerah-merahan. Pohon tersebut bisa merambat ke pohon yang lain yang dekat dengannya.
Pohon itu memang angker. Besar batang pohonnya kurang lebih dua kali pelukan orang dewasa. Tak sengaja aku mengarahkan lampu senterku ke atas rimbun pohon Kariwaya itu. Tiba-tiba aku melihat seorang lelaki sedang duduk di atas dahan pohon Kariwaya itu.
“Astagfirullah... Apa itu?” Aku terkejut. “Coba kalian lihat itu!” Aku menyeru para warga. Semua lampu senter disorotkan ke arah atas pohon itu, namun kami belum dapat mengenali orang itu karena rimbunnya dedaunan serta akar-akar yang seperti tali menjulur dari atas pohon sampai ke permukaan tanah.
Karena banyaknya lampu sinter yang menyorot kearahnya akhirnya orang itu menolehkan wajahnya ke arah kami. Ternyata orang itu adalah Pak Jokiono.
“Itu pak Jokiono,” ucap salah seorang warga.
“Pak Jokiono... turun!” Seru para warga serentak, sambil memandangi ke arah atas pohon itu.
“Ngapain kamu di situ?” Lanjut mereka.
Pak Jokiono tidak menjawab. Matanya melotot. Badannya memeluk dahan pohon Kariwaya itu bak seekor kera sedang memanjat pohon. Berulang kali para warga memanggil nama pak Jokiono, namun sama sekali tidak ada respon darinya.
“Panggil Ustadz Jamal!” Ucap salah seorang warga desa.
“Mungkin dia kerasukan makhluk halus.” Lanjutnya.
“Iya.. benar panggil Ustadz Jamal.” Seorang warga yang lain menimpali.
Tidak lama kemudian Ustadz Jamal sudah tiba di tempat kejadian. Ustadz Jamal mulai membaca sesuatu kemudian meniup telapak tangannya dan menepukkan ke pohon kariwaya itu. Seketika Pak Jokiono terjatuh ke air sungai yang berada di bawah pohon itu.
Warga bergegas mengangkat tubuh Pak Jokiono ke tepi sungai. Tubuh Pak Jokono terlihat lemas, wajahnya pucat, mungkin karena tidak ada sebutir nasi pun yang masuk ke mulutnya sejak pagi.
Tidak lama kemudian setelah wajah serta leher Pak Jokiono diusapkan air, dia pun tesadar dari pingsannya. Istri Pak Jokiono yang sejak tadi bersedih, langsung memeluk suaminya sambil menangis karena sangat bahagia suaminya telah ditemukan.
***
Sang Surya baru menebarkan senyum manisnya, saat segerombolan warga menuju ke arah pohon Kariwaya. Mereka membawa beberapa wadah yang berisi berbagai jenis makanan, yaitu ayam hitam yang sudah dipanggang, bubur, kopi pahit, buah-buahan dan lain-lain.